Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kemkominfo) mengungkapkan telah menyiapkan beberapa langkah mitigasi jika Satelit Republik Indonesia 1 (SATRIA-1) mengalami anomali saat peluncuran dan setelah mengorbit.
PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) selaku Badan Usaha Penyelenggara proyek SATRIA-1 mengungkapkan jika cuaca menghambat peluncuran satelit ini, maka telah disiapkan jadwal cadangan.
“Jika jendela peluncuran yang ditetapkan terlewatkan, kami akan memiliki jadwal lain keesokan harinya pada jam yang sama. Biasanya jika tidak ada kendala teknis dan hanya faktor cuaca yang menghalangi, umumnya satu hari kemudian dapat diluncurkan,” ujar Deputi Proyek Koordinator PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) Heru Dwikartono di Orlando, AS, Sabtu (17/6).
Lebih lanjut, untuk mitigasi jika SATRIA-1 mengalami anomali saat berada di orbit, Heru menjelaskan bahwa satelit tersebut telah dirancang memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya sendiri secara otomatis jika terjadi gangguan teknis.
Sistem ini dimungkinkan karena SATRIA-1 sejak awal dirancang untuk membawa komponen cadangan sehingga ketika terjadi masalah teknis, satelit dapat menyelesaikan masalah ini dengan cepat.
“Jadi kami benar-benar mendesain satelit agar semua komponennya bisa di-backup secara lengkap, karena kami paham kalau di atas sana dan ada masalah, tidak bisa dibiarkan secara manual lagi. Jadi untuk perangkat di satelit sudah disediakan backup (komponen),” ujar Heru.
Heru juga mengatakan, agar tidak ada kekhawatiran melambatnya kecepatan internet dari SATRIA-1 saat berada di orbit, pihaknya berharap dapat menambah sedikit lagi kapasitas dari satelit tersebut.
Oleh karena itu, satelit dapat tetap stabil dan memberikan kecepatan internet maksimal 150 Gbps saat beroperasi.
“Dengan jumlah layanan eksisting yang seharusnya 150 Gbps, tentu kita desain tidak sesuai seperti itu. Kita ada margin dan bisa 150 Gbps lebih. Jadi itu cara mengantisipasi kemungkinan pengurangan kapasitas,” ujarnya. .
SATRIA-1 merupakan satelit internet pertama yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dan disediakan untuk fasilitas umum di daerah perbatasan, tertinggal, terluar (3T).
Berdasarkan kajian BAKTI terbaru oleh Kemenkominfo tahun 2023, SATRIA-1 berkapasitas 150 Gbps akan menyediakan layanan internet di 50.000 titik fasilitas umum.
Kecepatan internet di setiap titik layanan publik diproyeksikan mencapai 4 Mbps, kecepatan ini meningkat dari perhitungan awal tahun 2018 saat dimulainya proyek SATRIA-1 yang menghasilkan kecepatan 1 Mbps per titik.