Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkap potensi bahaya di sisi barat laut Gunung Merapi, Jawa Tengah. Penyebab potensi bahaya ini berasal dari deformasi atau perubahan bentuk permukaan gunung di daerah tersebut.
“Ada pergerakan di sektor barat laut, ada inflasi, makanya kita juga ingatkan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan,” kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso dalam jumpa pers virtual, Minggu (12/3) seperti dikutip Antara . .
Menurut dia, deformasi di sisi barat laut Merapi sudah terpantau sejak dua tahun terakhir. Padahal sebelumnya, deformasi hanya terjadi di lokasi dua kubah lava vulkanik aktif, yakni di tengah kawah dan di sisi barat daya.
“Ini sesuatu yang unik,” katanya.
Agus menjelaskan, laju deformasi di sisi barat laut Gunung Merapi melebihi 15 meter sejak dua tahun lalu. Perkembangan ini cukup besar jika dibandingkan dengan deformasi sebelum erupsi tahun 2006 dan 2010. Saat itu, deformasinya kurang dari 4 meter.
“Kami khawatir tebing dari puncak barat laut menjadi tidak stabil dan runtuh,” katanya.
Meski situasi masih stabil dan kecepatan deformasi relatif rendah, Agus memastikan pihaknya akan memantau perkembangan tersebut secara intensif serta kondisi tebing dan laju deformasi di sisi barat laut gunung api tersebut.
Sebelumnya, Gunung Merapi merilis rangkaian guguran awan panas sejauh maksimal 4 kilometer ke arah barat daya atau Sungai Bebeng atau Sungai Krasak pada Sabtu (11/3) siang hingga malam hari. Kegiatan ini dipantau hingga Minggu (12/3).
Berdasarkan pantauan BPPTKG hingga Minggu pukul 15.30 WIB, total 54 awan panas guguran Gunung Merapi telah terlepas. Drainase awan panas tersebut disebabkan oleh runtuhnya kubah lava barat daya Gunung Merapi.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Level III atau Siaga.
Untuk mengantisipasi potensi bahaya erupsi Merapi, masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas di zona potensi bahaya dalam radius lima kilometer, serta menyusuri Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng dengan jarak maksimal tujuh kilometer. kilometer. .