Pemerintah terus berupaya meningkatkan literasi digital di masyarakat dengan berbagai cara. Sejumlah pihak diajak bekerja sama untuk membuat masyarakat lebih melek digital, termasuk komunitas budaya.
Wakil Ketua Siberkreasi Rizki Ameliah mengungkapkan, acara Satu Dalam Cita yang menampilkan tarian Sudamala merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan literasi digital.
“Komunitas budaya juga dapat membantu kami dalam upaya meningkatkan literasi digital masyarakat. Misalnya pada diskusi malam ini yang merupakan bagian dari acara One in Mind, pengunjung disini bisa mendapatkan informasi tentang penipuan dan bagaimana memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang positif,” ujar Rizki Ameliah dalam diskusi Etika dan Budaya di Dunia Digital, di Candi Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Minggu (25/6/2023).
Rizki menambahkan, masyarakat harus memahami konsep berkompeten dan aman secara digital. Segala sesuatu yang diunggah di media sosial harus dipahami dulu apa manfaatnya dan tentunya double check dan check itu penting.
Penggeng Pawedanan Panti Budoyo Pura Mangkunegaran GRAj Ancillasura Marina Sudjiwo mengungkapkan media sosial berperan penting dalam memperkenalkan budaya kepada masyarakat.
Ancillasura mencontohkan, Candi Mangkunegaran mengunggah informasi tentang budaya melalui akun Instagramnya.
“Media sosial sudah menjadi kehidupan kita dan semuanya ada di media sosial, dari yang sedih sampai yang bahagia. Media sosial juga kami manfaatkan untuk mempromosikan dan memberikan informasi tentang Candi Mangkunegaran,” jelas Ancillasura.
Penerbit Titimangsa, Nicholas Saputra menambahkan, hal penting yang perlu diketahui masyarakat adalah bahwa kewenangan mengunggah informasi di media sosial ada di tangan masing-masing individu.
“Ini seperti media sosial seperti pedang bermata dua. Bisa digunakan untuk kebaikan dan bisa juga digunakan untuk hal yang buruk. Itu semua tergantung pada masing-masing individu. Anda memiliki kekuatan untuk berbagi informasi yang berguna atau tidak,” kata Nicholas.
Chief Operating Officer Katadata, Ade Wahjudi menambahkan, budaya netizen Indonesia di dunia maya masih buruk. Sebuah survei yang diluncurkan beberapa tahun lalu menyebutkan bahwa perilaku netizen india di dunia maya merupakan yang terburuk keempat di dunia setelah India, Meksiko, dan Rusia.
“Katadata bersama Kominfo juga membuat indeks literasi digital dan memang hasilnya kurang memuaskan. Oleh karena itu, masih membutuhkan banyak usaha dan juga bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan pengetahuan tentang etika dan budaya di media sosial,” ujar Ade.
Media sosial, kata Ade, masih menjadi platform yang paling ampuh untuk menjalankan kampanye atau menyebarkan informasi. Saat ini, WhatsApp dan Instagram adalah platform media sosial yang paling banyak digunakan.
Ade berharap edukasi yang rutin dilaksanakan oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika dan pihak non pemerintah lainnya dapat meningkatkan literasi digital serta etika dan budaya di dunia digital.