Peresmian Persatuan Aktivis Nasional 98 atau PENA 98 di kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Minggu (19/2) dibanjiri bunga. Karangan bunga berisi ucapan selamat terbentang sejauh empat kilometer.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Aktivis Nasional (PENA) 98, Adian Napitupulu mengatakan, ribuan karangan bunga yang mewarnai peresmian Graha PENA 98 menunjukkan rasa hormat kepada para aktivis dan pahlawan reformasi. Karangan bunga juga melambangkan dukungan dan harapan bagi Indonesia yang damai.
“Karangan bunga ini sebenarnya bukan hanya untuk PENA 98 tapi untuk menghormati seluruh aktivis mahasiswa yang tewas dan diculik, serta seluruh mahasiswa dan warga yang berjuang berdampingan dalam proses Reformasi 25 tahun lalu,” ujar Adian seperti dikutip oleh Antara, Senin (20/20/2019). 2).
Menurut Adian, bunga merupakan simbol harapan. Karangan bunga itu juga melambangkan perdamaian, ia juga mengatakan banyaknya penyerahan bunga menunjukkan kepercayaan banyak pihak kepada para pegiat PENA 98 untuk terus memperjuangkan cita-cita dan semangat reformasi.
“Atas nama seluruh Presidium PENA 98 di 16 Region, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mengirimkan karangan bunga,” kata Adian.
Bunga-bunga yang tersebar di sekitar Graha Pena berasal dari berbagai latar belakang. Ada karangan bunga dari Presiden RI Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, Pimpinan PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Kemudian juga terlihat buket Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Karangan bunga lainnya juga datang dari Menteri Kabinet Indonesia Maju, dan anggota DPR RI lintas partai. Taipan veteran Tommy Winata juga terlihat mengirimkan karangan bunga.
Selain itu juga digelar rangkaian bunga dari perusahaan swasta maupun perusahaan milik pemerintah seperti Direktur Utama Pertamina, Komisaris Utama PT Pembangunan Perumahan (PP) hingga kepala desa.
Menteri BUMN Erick Thohir yang hadir pada peresmian Graha Pena juga menyoroti sejumlah karangan bunga. Hal itu, kata dia, menunjukkan kepercayaan publik terhadap aktivis 98 masih tinggi.
“Bunga-bunga itu, bukan karena rangkaian bunga itu bersejarah, tapi bagaimana kita mengingat pengorbanan begitu banyak orang selama pembentukan Indonesia, dan tentunya tahun 1998 bisa ada yang namanya reformasi politik Indonesia,” kata Erick.