liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
PT Pupuk Lakukan Kolaborasi Lintas Sektor untuk Kembangkan Ammonia

PT Pupuk Lakukan Kolaborasi Lintas Sektor untuk Kembangkan Ammonia

4 minutes, 0 seconds Read

PT Pupuk Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 4,8 juta ton CO2 pada tahun 2030. Pada tahun 2060, targetnya adalah 20 juta ton CO2. Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan, untuk mencapai target tersebut, salah satu roadmap yang dilakukan Pupuk Indonesia adalah mengembangkan amoniak bersih. Amonia adalah senyawa kimia yang dapat menjadi sumber energi bersih di masa depan sekaligus sebagai media pengangkut hidrogen atau pembawa hidrogen.

“Kami bekerja sama dengan beberapa pihak dalam pengembangan amoniak biru dan hijau. Salah satunya dengan Mitsubishi dan TOYO dari Jepang. Kami membangun pabrik amoniak di Lhokseumae, Nangroe Aceh Darussalam. Target berikutnya membangun pabrik di Bontang,” kata Bakir dalam sesi diskusi Forum Pupuk Indonesia Bersih Amoniak 2023, beberapa waktu lalu.

Executive Officer/Direktur Divisi Bisnis Solusi Toyo Engineering Corp, Eiji Sakata mengatakan, pihaknya siap membantu Pupuk Indonesia dan pemerintah Indonesia mencapai emisi nol bersih.

Hal ini tercermin dari kerjasama antara PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Toyo Engineering Corp yang sepakat untuk melakukan studi bersama pembangunan pabrik Green Ammonia di Indonesia. Kesepakatan tersebut tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) tentang Kerjasama Pengembangan Pupuk Iskandar Muda (PIM) 2 Hybrid Green Ammonia.

“Indonesia memiliki titik kuat untuk memasuki bisnis pasokan amoniak. Jadi sekarang saatnya berubah menjadi perusahaan energi berkelanjutan bagi seluruh grup perusahaan Indonesia,” ujarnya.

Wakil Direktur Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto mengatakan, beberapa mitra Pupuk Indonesia dari Jepang, seperti Toyo Engineering Corporation hingga Mitsui & Co Ltd, sudah memiliki teknologi yang cukup untuk pengembangan amoniak.

“Sehingga kita tahu bahwa ke depan pengembangan amoniak biru dan hijau juga membutuhkan investasi yang lebih besar dari amoniak abu-abu yang sudah ada,” ujarnya.

Nugroho menjelaskan, kerja sama dengan pelaku industri melalui pertukaran produk juga dapat menjawab kebutuhan bersama. Seperti di Indonesia misalnya, amonia dapat digunakan sebagai bahan bakar batu bara atau untuk boiler batu bara di PLN. Dia mengatakan, amoniak akan menjadi sumber energi di masa depan dan tidak hanya digunakan oleh industri, tetapi lintas sektor.

“Jadi kita butuh kerja sama tentunya tidak hanya antar industri. Kami juga membutuhkan kerja sama dengan pemerintah sendiri karena hal ini tidak dapat dilakukan jika tidak ada kerangka regulasi yang mendukung kegiatan tersebut,” ujarnya.

Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Gusrizal mengatakan, Pupuk Indonesia memiliki pengalaman panjang dalam bisnis amoniak sejak tahun 1950. Pupuk Indonesia membangun pabrik amoniak pertamanya di Palembang, Sumatera Selatan.

“Saya harus mengatakan, kami (Pupuk Indonesia) adalah pemain kuat di pasar amoniak,” kata Gusrizal.

Gusrizal mengatakan, saat ini Pupuk Indonesia memproduksi sekitar 7 juta ton amoniak per tahun. Sebagian besar bahan bakunya adalah urea dan nitrogen, fosfat, kalium (NPK). Pupuk Indonesia masih sekitar 1 juta ton per tahun yang dijual langsung ke pengguna akhir atau pembeli.

Selain itu, Pupuk Indonesia ingin menjadikan Indonesia sebagai hub pasar amoniak dunia. Namun, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Yang pertama adalah membangun sumber daya manusia (SDM). Untuk mencapai target yang optimal, tentunya perusahaan perlu memiliki sumber daya manusia yang handal.

“Penguatan SDM perlu dikoordinasikan dengan pembangunan infrastruktur,” ujarnya.

Kedua, lanjut Gusrizal, dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah yang dimaksud adalah insentif. Pasalnya, pengembangan amoniak bersih ini merupakan bentuk dukungan Pupuk Indonesia terhadap program transisi energi pemerintah menuju Net Zero Emissions pada tahun 2060.

“Insentif subsidi sudah kita bicarakan karena ini produk baru, jadi perlu dukungan dari pemerintah. Tapi ini kunci suksesnya,” jelasnya.

Petugas Strategi Jera Co. Inc, Sidharta Basu mengatakan, amonia bermanfaat sebagai pembawa hidrogen. salah satu keunggulan amonia adalah infrastruktur yang ada.

Lebih dari itu, amonia memiliki infrastruktur, kebiasaan, rencana kerja, kebijakan penanganan dan penggunaan yang aman.

Namun ketika amonia disambungkan ke pembangkit listrik, kata Sidharta, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Infrastruktur pengembangan amonia saat ini tidak cukup untuk mengelola jumlah pembangkit listrik yang diharapkan.

“Makanya kami mencari perusahaan yang bergerak di sisi hulu untuk mengangkut, menyimpan dan juga di sisi pembangkitan untuk berperan aktif dalam membantu menentukan amoniak dan meningkatkannya,” kata Sidharta.

Sub Koordinator Penyiapan Program Pemanfaatan Migas Kementerian ESDM Syarifudin Setiawan mengatakan, pemerintah mendukung penuh pengembangan energi terbarukan seperti amoniak hijau dan biru untuk mencapai nol emisi.

“Kalau boleh saya bilang begitu, pemerintah kita berkomitmen penuh untuk mendukung program ini, mencapai nol emisi. Maka dari top manajemen pemerintah juga memiliki beberapa arahan untuk mendukung kegiatan ini bagi seluruh pemangku kepentingan,” kata Syarifudin.

Syarifudin mengatakan, dukungan yang diberikan pemerintah berupa regulasi terkait amoniak dan energi terbarukan.

“Dari sisi regulasi, mengenai potensi program nol emisi melalui amoniak, dan energi terbarukan yang sangat melimpah di Indonesia,” ujar Syarifudin.

Tidak hanya energi terbarukan, Jamsaton menegaskan, pengembangan amoniak hijau sebagai sumber energi terbarukan juga membutuhkan dukungan regulasi dari pemerintah, dan yang terpenting hemat biaya.

“Saat ini regulasi yang ada hanya mengatur hulu untuk CCUS dan CCS. Namun, kami membutuhkan dukungan pada aturan streaming untuk CCUS dan CCS. Selain itu, saat ini biaya untuk energi terbarukan sangat tinggi. Jadi untuk mengembangkan amonia hijau, kita membutuhkan energi terbarukan yang hemat biaya. Jadi kita butuh regulasi juga, bagaimana mengatur energi terbarukan. Jadi untuk meningkatkan kemampuan ekonomi kita untuk mengembangkan amoniak hijau,” kata Jamsaton.

Similar Posts