Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan yang dipimpin oleh Sri Mulyani mengumumkan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi Yen Jepang atau Samurai Bonds. Nilai SUN yang diterbitkan sebesar 104,8 miliar yen atau setara Rp 11,34 triliun pada Jumat (19/5).
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto mengungkapkan penerbitan Samurai Bonds bertujuan untuk membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023. Penerbitan Samurai Bonds kali ini terbagi dalam empat seri.
Obligasi pemerintah yang diterbitkan terdiri dari RIJPY0526B dengan jangka waktu tiga tahun, RIJPY0528B dengan jangka waktu lima tahun, RIJPY0530 dengan jangka waktu tujuh tahun, dan RIJPY0533 dengan jangka waktu 10 tahun, kata Suminto seperti dikutip Minggu (21/ 12). 5).
Rinciannya, RIJPY0526B diterbitkan senilai 46,9 miliar yen Jepang dengan kupon 0,74 persen. Seri tersebut akan jatuh tempo pada 26 Mei 2026. Sedangkan RIJPY0528B diterbitkan sebesar 37,2 miliar yen Jepang dan akan jatuh tempo pada 26 Mei 2028 dengan kupon 0,98 persen.
Selanjutnya RIJPY0530 yang akan jatuh tempo pada 24 Mei 2030 dan diterbitkan dengan harga 14,7 miliar yen Jepang dengan kupon 1,2 persen. RIJPY0533, yang memiliki jangka waktu terpanjang hingga jatuh tempo pada 26 Mei 2033, memiliki kupon 1,43 persen dan diterbitkan sebesar 6 miliar yen Jepang. Seri dengan tenor tujuh tahun dan 10 tahun merupakan Blue Bonds.
Suminto mengatakan, penerbitan Blue Bond menunjukkan komitmen Pemerintah Indonesia terhadap pembiayaan berkelanjutan, khususnya dalam rangka pencapaian Sustainable Development Goals (SDG). Masalah ini juga merupakan kemajuan yang signifikan untuk pembiayaan biru.
Menurut Suminto, penerbitan perdana Blue Bonds juga menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam perekonomian berkelanjutan di pasar global. Saat ini Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang menerbitkan Blue Bonds.
Lebih lanjut, kata dia, penerbitan Blue Bond juga sejalan dengan strategi pembiayaan pemerintah untuk mendiversifikasi instrumen pembiayaan dan memperluas basis investor. Transaksi penerbitan Blue Bond di pasar Jepang mendapat sambutan yang sangat baik dari para investor.
Hasil dari penerbitan Blue Bonds akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang memenuhi syarat untuk pengeluaran SDG. Sektor yang memenuhi persyaratan dipilih melalui mekanisme Climate Budget Flagging untuk menandai pengeluaran SDG yang memenuhi persyaratan Blue Focus.
“Penerbitan Blue Bond akan melengkapi portofolio pembiayaan APBN,” ujar Suminto lagi.
Suminto berharap penerbitan Blue Bonds membuka alternatif pembiayaan biru lainnya bagi Indonesia. Blue Bonds yang diterbitkan sejalan dengan prinsip International Capital Markets Association (ICMA).